Erica Membanggakan, Anak Indonesia Berprestasi di Amerika dan Dilirik Majalah “Forbes”
REP | 02 July 2013 | 19:03 Dibaca: 6543 Komentar: 57 33
Mungkin
kebanyakan dari kita belum tahu, bahwa di Amerika Serikat ada banyak
anak-anak Indonesia yang sekolah di sana. Mereka itu hebat secara
akademik, dan luar biasa dalam pergaulan. Tentu, anak-anak ini dengan
bangganya akan menjawab ketika ditanyai dari mana asal orang tua mereka.
Maka merekapun memberi jawab, “Oh,…of course Indonesia. My parents are from Indonesia.”
Ada seorang kawan dekat saya di Amerika. Sama-sama kawanua, jadi kalau ketemu dia paling senang sama masakan Indomie goreng ala saya. Setiap mampir ke apartemen saya, tidak pernah lupa indomie goreng tersaji untuknya. Nama kawan saya itu Joutje Kaunang. Dia punya seorang anak gadis yang istimewa.
Anak
kawan saya ini sungguh sangat berprestasi di Amerika. Ia boleh dibilang
adalah seorang anak yang genius. Salah seorang anak yang tidak hanya
membanggakan bagi kedua orang tuanya, tapi juga menjadi kebanggaan
Indonesia. Paling tidak, ia sudah mengharumkan nama Indonesia. Semakin
memperkenalkan Indonesia. Nah, inilah anak-anak calon agen perubahan di
masa depan. Anak-anak yang dipercaya sebagai calon-calon pemimpin masa
depan.
Adalah Erica Kaunang, demikian nama lengkap anaknya kawan saya tersebut. Pada saat usianya baru 7 tahun, putri dari Joutje Kaunang dan Eva Purba ini rupa-rupanya sudah mulai ‘diperhitungkan’. Saat itu ia mendapat surat khusus dari Gedung Putih atau ‘White House’. Hebatnya lagi, surat itu ditandatangani langsung oleh Presiden USA kala itu, George W Bush. Surat dari orang nomor satu di Amerika itu merupakan respon balik atas surat yang dikirim Erica untuk sang presiden. Waktu itu ia masih menjadi murid kelas 2 Publik School 199 di Queens New York. Singkat cerita, Erica mendapat tugas dari gurunya, atas persetujuan kepala sekolah tentunya, untuk menulis surat buat Presiden Bush. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Erica. Tugasnya dilakukan dengan baik. Ia pun menulis surat dimaksud.
Dalam surat itu, Erica sedikit mengkritisi sang Presiden Amerika. Dengan segala kepolosannya, Erika meminta agar Presiden Bush bisa menghentikan peperangan yang terjadi di sejumlah kawasan, ia juga meminta agar pemerintah memperbanyak saja polisi di jalan-jalan (Mungkin maksud dia, lebih baik polisi yang diperbanyak daripada tentara). Presiden Bush dalam balasannya antara lain mengatakan bahwa ia sangat menghargai dan ingin sekali mengetahui setiap pandangan dari segenap rakyat yang dipimpinnya. Ia juga mengatakan bahwa dirinya akan berusaha membuat kehidupan lebih baik dan nyaman bagi rakyat Amerika.
Erica sendiri meski masih kecil, namun sudah mengukir banyak prestasi di sekolahnya. Sejumlah penghargaan sudah diraihnya, misalnya saja penghargaan sebagai Student of The Month, Reader of The Month, Outstanding Mathematics dan masih
banyak lagi. Penghargaan-penghargaan ini tidak gampang, karena harus
bersaing dengan banyak siswa, baik itu siswa dari negara lain maupun
yang asal Amerika sendiri.
Belum lama ini, Erica Kaunang kembali mencatat prestasi mengagumkan ketika diberikan kesempatan mengecap pendidikan di sebuah sekolah khusus untuk ‘anak-anak pintar’ yaitu di Hunter College High Scholl, yang berlokasi di jantungnya New York, Manhattan. Bahkan pun, sebuah penghargaan prestisius telah diraihnya, yaitu Gold Honor Roll. Dan ini tidak main-main, karena sudah dua tahun berturut-turut ia berhasil menggondol medali yang sama ini, yaitu sejak tahun 2012 kemarin, dan kemudian untuk tahun 2013 juga.
Gold Honor Roll ini merupakan penghargaan bagi siswa yang meraih nilai tertinggi. Mendapatkan nilai tertinggi di antara siswa-siswa genius lainnya tentu tidak mudah. Dengan kesuksesannya itu, maka foto Erica pun langsung terpampang di dinding sekolah khusus anak-anak berprestasi tersebut. Hunter College High Scholl ini merupakan sekolah khusus ‘siswa genius’ yang diseleksi departemen pendidikan setempat. Karena kepintaran dan keberhasilannya itu, kini Erica juga akhirnya dipercayakan oleh pihak sekolah untuk menjadi editor majalah sekolah.
Ada cerita menarik yang dituturkan Joutje Kaunang, ayah Erica ini, mengenai beberapa kisah sebelum Erica terpilih. Menurut Joutje, pada tahun 2010 ketika Erica lulus bersama lebih dari 300 anak-anak pintar pilihan NYC Dept Of Education (Departemen Pendidikan New York City), untuk mengikuti tes di Hunter College High School. Test itu sendiri diikuti oleh sekitar 2.500 anak-anak pintar dari seluruh New York.
Namun saat itu si Erica sebenarnya belum berhasil lulus, karena katanya nilai Erica belum mencapai target yang ditetapkan (175 Point), di mana saat itu Erica hanya meraih 165 Point (masih kurang 10 point). Test yang dilakukan memang sangat sulit dan diambil dari mata pelajaran High School.
Si Erica kecil tetap percaya diri, ia tidak langsung merasa kalah, dan
tidak menjadi minder. Ia juga tidak bersedih hati. Justru dirinya terus
terpacu.
Erica ternyata masih dipertimbangkan untuk lulus. Pihak sekolah kemudian mengambil kebijakan untuk tetap mengakomodir Erica di sekolah tersebut. Nah, ternyata keputusan sekolah untuk menahan Erica terbukti tepat. Karena pada tahun 2012 Erica justru menunjukkan bahwa dirinyalah yang terbaik. Saat itu ia mendapat pujian yang luar biasa dari guru-guru yang mengajar di kelasnya, termasuk dari kepala sekolah sendiri, karena ia yang hampir saja tidak lolos, toh justru yang berhasil meraih nilai paling tinggi, dan bahkan meraih Gold Honor Roll. Prestasi itu kemudian masih juga ia raih di tahun 2013 ini.
Bulan
April yang lalu, Erica mendapat surat dari sekolah dan diberitahu bahwa
ia mendapat permintaan dari sebuah yang sangat terkenal FORBES untuk
diwawancarai melalui SKYPE. Ini memang sangat membanggakan, tidak
sembarangan orang bisa masuk Majalah FORBES, dan tidak sembarangan orang
akan diwawancarai FORBES. Setelah itu, beberapa hari yang lalu Erica
sudah menerima raportnya di kelas istimewa itu ( Gifted and Talented Class ) dengan mendapat nilai yang fantastis, yaitu 99.07%.
Prestasi demi prestasi yang diraih Erica Kaunang mestinya dapat menjadi
pemacu dan pemicu bagi anak-anak Indonesia di manapun mereka berada.
Menjadi yang terbaik. Menjadi best of the best
itu tidak gampang. Dan tentu saja, lebih tidak mudah lagi ketika harus
mempertahankannya. Itulah kini yang sementara dijaga dan diperjuangkan
Erica, yakni mempertahankan apa yang sudah berhasil diraihnya. Bahkan
kalau perlu, lebih berprestasi lagi kelak di kemudian hari. Bisa jadi,
bagi Erica, sudah tidak ada waktu lagi untuk bermain-main seperti anak-anak sebayanya. Belajar
dan terus belajar adalah rutinitas si Erica kecil ini. Dan anak-anak
seperti inilah yang selayaknya kita sebut agen perubahan. Setidaknya,
mereka sudah mengubah cara berpikir dan paradigma lama kita. Pandangan
kuno yang sering menghantui anak-anak kita, “Ah, aku tidak mampu…” atau,
“Ah, aku tidak bisa…”. Erica sudah menjadi agen perubahan, bahwa tidak
boleh ada kata tidak mampu dan tidak bisa bagi anak-anak Indonesia.
Tidak boleh minder dan atau kalah sebelum berperang.
Adalah
harapan kita bersama, bahwa akan bermunculan semakin banyak Erica-Erica
yang lain. Akan semakin banyak lahir putra dan putri Indonesia yang
memiliki mental dan karakter pemenang. Pembentukannya tentu tidak boleh
menunggu setelah mereka dewasa. Dari sejak kecil, mereka sudah mesti
diajari dan dibimbing. Sebab, seperti kata-kata kunci sebuah iklan: Kalau tidak sekarang kapan lagi? Kalau bukan kita, lantas siapa lagi? —Michael Sendow