Tragedi Trisakti 1998 Dan Tumbangnya Pak Harto
Pemerintahan orde baru mulai
goyah pada awal th 1998.Karena krisis moneter yang melanda asia termasuk
indonesia. Tiada hari tanpa demo dari mahasiswa…Apalagi ketika pemerintah
menaikkan harga BBM demo tambah menjadi-jadi,sampai pemerintah menurunkan harga
BBM ke harga semula.Mahasiswa seluruh indonesia melakukan aksi
demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi .Yang di jakarta di motori
mahasiswa tri sakti melakukan demo ke gedung MPR.Dan hari ini 15 TAHUN yang
lalu atau tepatnya pada tanggal 12 MEI 1998 Mereka melakukan aksi damai
dari kampus Trisakti menuju GEDUNG MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka
dihambat oleh blokade dari PASUKAN ANTI HURU HARA dan DI SUSUL PASUKAN
PENDUKUNG militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegoisasi
dengan pihak Polri.Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari tanggal 12 mei 1998 ,
para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat
keamanan.Keadaan mulai memanas,entah siapa yang memulai provokasi. Aparat
keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik
dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun
aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan di pihak
mahasiswa tri sakti.
Sementara itu, sebagian besar
korban luka masih berhadapan dengan polisi. Mereka berusaha membuka barikade
dengan melempari polisi dengan batu.TIBA-TIBA DARI ATAS JEMBATAN LAYANG ADA
PASUKAN MILITER MENGARAHKAN SENAPAN KE MAHASISWA TRISAKTI………………Akhirnya
empat mahasiswa tri sakti gugur.SBB….
1-Korban gugur pertama Hendriawan
Sie, 20 tahun Sayang, nyawa Hendriawan yang lehernya tertembus peluru saat
berada di balik pintu gerbang kampus itu tidak tertolong. Darah terus mengucur
dari lehernya. Dalam perjalanan menuju kampus itulah, dia gugur
2-Elang Mulya Lesmana, 19 tahun, ditembak di dada dan langsung tewas di
kampus.
3-Hafidhin Royan, 21 tahun,
ditembak di kepala dan meninggal di rumah sakit.
4-Hery Hartanto, 21 tahun,
ditembak di punggung ketika dia berhenti berlari untuk membersihkan perih di
matanya yang terkena gas. Dia meninggal di kampus itu.
ke empat mahasiswa tri
sakti PAHLAWAN REFORMASI
Akhirnya meletus kerusuhan
Mei 1998 antara 13
MEI S/D 15 MEI khususnya di ibu kota JAKARTA.namun dalam
sekala kecil juga terjadi di beberapa daerah lain.Kerusuhan Mei 1998 yang
terjadi di jakarta dan kota lainnya.merupakan konflik yang terjadi karena
tidak terima dengan perlakuan aparat keamanan yang menembak empat mahasiswa
trisaki, mereka kemudian melampiaskan kemarahan mereka dengan merusak dan
membakar seluruh bangunan dan pertokoan di kota.Jakarta akhirnya jadi kota
horor,jalanan dihiasi pecahan kaca, mobil-mobil yang sudah jadi rongsokan
arang, televisi yang porak-poranda, dan puing-puing barang yang sebelumnya
begitu berharga. Bank, pusat perkantoran, gedung pemerintahan, dan
sekolah-sekolah tutup. Hanya bandara internasional yang tetap melaksanakan
aktivitas.
Di tengah kebisuan Jakarta itu,
satuan pemadam kebakaran mulai beraksi memadamkan toko-toko dan
bangunan-bangunan yang masih mengeluarkan asap. Seketika itu pula, mayat-mayat
sudah bisa dihitung. Tapi, masih banyak yang belum terbilang. Para ayah sibuk
mencari anaknya. Ibu-ibu berbondong ke rumah sakit untuk mengenali jasad-jasad,
yang mungkin di antara mereka ada jasad suaminya. Sungguh sayang. Mayat-mayat
itu tidak bisa lagi dikenali karena rusak terbakar. Akhirnya, korban-korban
aksi kekerasan Mei ini dikubur masal.Ketika aku berkunjung ke jakarta setelah
kerusuhan mei 1998,ada nara sumber dari temanku mr tatuk warga jakarta yang
cerita harga beras 1 kg 50.000,dan mobil BMW sama bpkb-nya atas nama pemiliknya
di tawarkan 10 juta….mungkin pemiliknya berpikir dari pada di bakar……….
Tragedi Trisakti tgl 12 mei 1998 pak harto mundur 9 hari
kemudian yaitu tgl 21 mei 1998…….Yang paling menarik dalam deru gerakan
reformasi yang menimbulkan gejolak hingga mundurnya Soeharto dari jabatan
presiden adalah tak pernah disebut-sebutnya AS –atau paling tidak IMF– sebagai
pihak yang menyeng- sarakan rakyat banyak dan juga ikut terlibat dalam proses
krisis ekonomi yang memicu gejolak politik dan sosial di Indonesia. Baik
kalangan mahasiswa, pimpinan reformasi (semacam Amien Rais atau Emil Salim),
maupun dari kalangan pejabat baik sipil maupun militer tak pernah menyebut
negara adidaya nomor satu di dunia itu turut andil dalam peristiwa bersejarah
itu. Seolah-olah bahwa peristiwa yang terjadi kini murni produk dalam negeri
dan tak ada keterkaitan dengan dunia internasional. Dan AS yang telah siap
siaga dengan kapal induk Belleau Wood dan dengan 2000 marinirnya –rumor
menyebut 10.000– personil marinirnya di laut Cina Selatan (Kompas, 21/5/1998)
tenang-tenang saja dan merasa aman.
Setelah mundurnya Suharto dan naiknya Wapres Habibie menjadi Presiden, baru
mulai terkuak keterlibatan AS dengan seluruh peristiwa politik di negeri ini.
Bermula dari analisis-analisis para pakar politik di luar negeri. Sebut saja
analisis Trairat Soontornprapat dalam harian Daily News (Thailand): “Setiap
orang akan yakin 100 persen bahwa CIA memainkan peranan di balik gejolak
politik di Indonesia belakangan ini”. Atau tulisan editorial harian berpengaruh
Inggris, The Guardian: “Tekanan berat justru datang dari mereka di Washington,
yang dulu merupakan pendukung setia Presiden Soeharto”. Harian El Mundo Spanyol
mengatakan bahwa yang dilakukan AS terhadap Presiden Soeharto adalah American
coup de grace. Surat kabar itu menyebut bahwa selain tekanan internal,
pengunduran Presiden Soeharto dipercepat sebuah ultimatum yang dikeluarkan
Menlu AS, Albright. Dalam pernyataannya yang disiarkan jaringan televisi CNN
dalam breaking news 10 jam sebelum mr Suharto mundur Albright mengatakan,
langkah itu (pengunduran diri mr Suharto) semestinya diambil untuk memberi
jalan bagi transisi demokratis negerinya. Apapun caranya, ini membuktikan coup
de grace. Semua analisis di atas dikemukakan oleh staf redaksi Kompas, Budiarto
Shambazy, yang menampik pendapat-pendapat di atas dan menulis bahwa teori
keterlibatan AS dalam proses sejarah yang berpuncak pada suksesi 21 Mei 1998
itu tidak betul (Kompas, 24/5/1998).Anehnya, tanpa ada yang menuduh AS atau mendemo kedubes AS di Jakarta guna memprotes keterlibatan AS dalam gejolak politik di dalam negeri Indonesia, pada hari berikutnya (Senin, 25/5) pemerintah AS melalui anggota Kongres sekaligus Chairman Subcommitee on International Operations and Human Right Christopher H Smith yang berkunjung di Indonesia menolak bahwa AS berada di belakang jatuhnya mr Soeharto (Kompas, 26/5/98). Selanjutnya anggota Konggres yang memberikan keterangan pers di kantor pusat PP Muhammadiyah Jakarta itu menambahkan, imbauan Menlu Albright beberapa jam sebelum Soeharto turun itu jangan ditafsirkan sebagai upaya campur tangan AS atas kedaulatan RI.
Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi? Benarkah AS memainkan peranan yang begitu besar dalam moneter, kerusuhan mei 1998 dan lengsernya pak harto??????????
Bukti-bukti keterlibatan AS
Bukti nyata keterlibatan AS dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia sebenarnya mudah dilihat –bahkan orang-orang luar negeri saja dapat dengan mudah memahaminya. Yang paling menyolok adalah pidato menlu AS, konon seorang wanita keturunan Yahudi, Madeline Albright, beberapa jam sebelum pengunduran diri Presiden Soeharto, yang mengisyaratkan supaya Presiden Soeharto mundur agar krisis terpecahkan. Bersamaan dengan itu, pemerintah AS mengumumkan telah mengirimkan sebuah kapal induk Belleau Wood yang dilengkapi dengan helikopter dan pesawat-pesawat jet tempur serta dua kapal pendukung, lengkap dengan 2000 serdadu marinir ke Teluk Jakarta untuk melakukan “evakuasi militer” (Kompas, 21/5/1998). Seorang pejabat tinggi AS menyebut ungkapan Albright agar pak Harto membuka pintu bagi demokrasi setelah memerintah secara otokrasi selama 32 tahun itu secara tegas berarti meminta pak Harto mundur. (Forum, nomor 5 tahun VII, 1998). Sebelumnya, tanggal 18/5/1998, di London, Presiden AS Bill Clinton mengisyaratkan kepuasannya terhadap apa yang sedang berlangsung di Indonesia seraya berkata: “Sesungguhnya Washington berupaya mendorong dimulainya dialog politik di daerah-daerah yang masih bersengketa”. Juga katanya: “Namun penolakan Soeharto terhadap dialog politik dengan oposisi telah membuat situasi menjadi runyam”. Sungguh apa yang dilakukan dua petinggi AS tersebut adalah campur tangan di dalam urusan dalam negeri orang lain yang tentu saja itu bertentangan dengan undang-undang Inter- nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar